Sabtu, 18 Januari 2014

KH Ramadhan




Ramadhan K.H adalah seorang sastrawan Indonesia yang memiliki nama lengkap Ramadhan Karta Hadimadja. Beliau lahir di Bandung pada tanggal 16 Maret 1927. Beliau adalah seorang penulis biografi terbaik di Indonesia.

Beliau merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ayahnya bernama Rd. Edjeh Kartahadimadja adalah seorang patih Kabupaten Bandung saat kekuasaan Hindia Belanda. Ramadhan K.H. atau kerap disapa dengan Kang Atun, lahir dari perkawinan ayahnya dengan Saidah. Ketika usia Ramadhan belum genap tiga bulan, ayahnya terpikat dengan perempuan lain lalu menceraikan ibu kandung Ramadhan, yaitu Saidah. Kemudian Saidah langsung dikembalikan ke kampung halamannya.
Pengalaman tersebut membuat beliau dekat dengan sosok ibu dan menghayati bagaimana derita kaum perempuan.

Pada tahun-tahun terakhir hidupnya Kang Atun tinggal di Capetown bersama istrinya yang bernama Salfrida Nasution. Ia bertugas sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia di kota tersebut. Sebelumnya Kang Atun pernah tinggal di Los Angeles, Paris, Jenewa, dan Bonn bersama istrinya yang terdahulu yaitu Pruistin Atmadjasaputra yang juga seorang diploma. Ia lebih dikenal dengan panggilan "Tines". Kang Atun dan Tines menikah pada 1958. Namun, Tines meninggal lebih dulu pada 10 April 1990 di Bonn, Jerman. Sepeninggal istrinya, pada tahun 1993 Kang Atun menikah lagi dengan Salfrida yang merupakan sahabat istrinya. Ia pernah menyumbangkan darahnya ketika Tines sakit.

Semasa hidupnya, beliau terkenal sebagai penulis yang kreatif dan produktif. Beliau banyak menulis puisi, cerpen, novel, biografi tokoh, menerjemahkan, serta menyuting. Salah satu karyanya adalah kumpulan puisi yang beliau buat saat kembali ke Indonesia dari Eropa pada tahun 1954. Saat itu Jawa Barat yang merupakan tanah kelahirannya sedang bergejolak akibat peristiwa separatis. Maka munculah kumpulan puisi tersebut yang kemudian diterbitkan dengan judul “Priangan Si Djelita” pada tahun 1956. Karyanya ini mendapat hadiah pertama dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional (BMKN) untuk puisi tahun 1957-1958.

Kang Atun pernah bekerja selama 13 tahun sebagai wartawan Antara. Tetapi dia mengundurkan diri karena terlalu banyak korupsi yang terjadi. Beliau tercatat sebagai mahasiswa ITB dan Akademi Dinas Luar Negeri di Jakarta, tetapi kedua-duanya tidak tamat. Beliau juga pernah menjadi redaktur majalah Kisah, Siasat, Siasat Baru, Kompas, dan Budaya Jaya.

Pada tahun 1965, Kang Atun pernah menjadi korban fitnah bersama dengan Dajat Hardjakusumah yang merupakan ayah dari kelompok musik Bimbo yang saat itu menjabat sebagai pimpinan Kantor Antara Cabang Bandung. Mereka ditahan selama 16 hari di Kamp Kebon Waru, Bandung.

Kedunya ditahan karena diduga mendukung G30S/PKI. Hal ini disebabkan karena mereka bertemu A. Karim DP dan Satyagraha yang merupakan pimpinan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat yang pada saat itu dianggap mendukung G30S/PKI. Sesudah 16 hari, mereka dibebaskan dan Ramadhan pindah ke Jakarta.

Pada tahun 1981, beliau menulis sebuah buku biografi kisah cinta Inggit Garnarsih dengan Presiden Soekarno yang berjudul “Kuantar Ke Gerbang”. Selain itu, beliau juga menulis biografi tokoh-tokoh Indonesia seperti A.E Kawilarang, Soemitro, Ali Sadikin, Hoegeng, Mochtar Lubis, D.I Pandjaitan.

Pada tahun 1982, beliau dihubungi oleh Kepala Mass Media Sekretariat Negara di Jakarta yang bernama Gufran Dwipayana untuk mengajak Kang Atun menulis biografi Soeharto yang waktu itu masih menjabat menjadi presiden R.I. Awalnya, beliau menolak ajakan tersebut karena merasa tidak menguasai budaya Jawa yang merupakan daerah asal Soeharto. Namun, Soeharto sudah menjatuhkan pilihan pada Kang Atun karena bukunya yang berjudul “Kuantar ke Gerbang” sangat berkesan bagi Dwipayana yang merupakan teman dekat Soeharto.

Selama penulisan biografi Soeharto, Kang Atun hanya bertemu dua kali saja dengan Soeharto. Apabila masih ada pertanyaan lain, beliau akan merekamnya lalu memberikannya pada Dwipayana agar diserahkan kepada presiden Soeharto. Berdasarkan rekaman jawaban itulah biografi Soeharto bisa diselesaikan oleh Kang Atun dangan hasil akhirnya adalah sebuah buku biografi yang berjudul “Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya”. Penulisan biografi Soeharto membuat Kang Atun merasa tertekan dan was-was karena ini tidak sama dengan menulis biografi tokoh yang lain. Beliau takut jika ada kesalahan dalam tulisannya maka beliau akan ditangkap. 

Saat beliau ingin menagih honor kepada Soeharto, ternyata Dwipayana sudah meninggal dunia. Sekretaris Militer Presiden Syaukat Banjaransari menyarankannya agar menulis surat langsung kepada Presiden. Beberapa hari kemudian datang telepon dari Kolonel Wiranto, ajudan Presiden Soeharto. Ia diminta datang ke Jl. Cendana. Bersama Gumilang ia datang, masuk ke halaman, langsung diberi mobil Honda Accord warna merah yang joknya masih terbungkus plastik. Namun Soeharto tidak menemuinya. Mereka hanya bertemu di depan garasi dan terbatas dengan Wiranto.

Kang Atun pernah mendapatkan sejumlah penghargaan, antara lain "Hadiah Sastra ASEAN" (Southeast Asia Write Award) pada 1993. Pada tahun 2001 beliau diangkat menjadi anggota kehormatan Perhimpunan Sejarahwan Indonesia. Selain itu Kang Atun juga merupakan salah seorang anggota Akademi Jakarta.

Pada hari-hari terkhirnya, Kang Atun kembali menekuni kegemaran lamanya yaitu melukis. Salah satu lukisan kesayangannya adalah rangkaian pegunungan yang ada di belakang rumahnya di Cape Town.

Beliau meninggal tepat pada peringatan hari kelahirannya yang ke-79 tahun karena penyakit yang dideritanya kurang lebih selama 3 bulan yaitu kanker prostat. Ia meninggalkan istrinya yang bernama Slfrida dan dua orang putra dari Tines yang bernama Gilang Ramadhan dan Gumilang, serta lima orang cucu.

Walaupun beliau sudah berpulang, karyanya akan delalu terkenang sepanjang masa. Ramadhan atau Kang Atun merupakan penulis biografi terbaik di Indonesia. Dengan semangat yang gigih beliau berhasil menulis biografi tokoh-tokoh besar di Indonesia termasuk Soeharto dengan buku biografinya yang berjudul “Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya”. Walaupun awalnya merasa kurang percaya diri, jika kita terus berusaha dan semangat maka akan bisa terwujud. Itulah Kang Atun, sastrawan yang akan selalu menjadi penulis biografi terbaik di Indonesia.

1 komentar:

 

Ash Habul Jannah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template