Minggu, 02 Februari 2014

Aku salah menyebutmu, Teman

Teman… tak seharusnya kau ku sebut teman.



Kamu adalah orang yang baru-baru ini datang di hidupku. Kira-kira setengah tahun yang lalu. Secara tidak sengaja kita bertemu di sebangku meja yang memaksaku untuk berbagi semuanya denganmu. Kamu begitu baik, hingga aku masuk dalam pesonamu dan mengikutimu.

Hari demi hari terus berlalu. Hingga akhirnya aku tahu bagaimana sikapmu. Apa yang istimewa darimu, apa yang membuatku kagum padamu. Dan, apa yang membuatku membencimu. Jika aku bandingkan, mungkin rasa benciku lebih besar daripada rasa sukaku padamu. Aku tersadar bahwa masuk dalam pesonamu adalah sebuah kesalahan besar.



Begitu banyak hal yang tak ku suka dari dirimu. Tetapi bagaimanapun juga kita harus besama di bangku ini. Aku merasa kau selalu berada di sisiku, tetapi jujur, itu sangat menggangguku. aku selalu berusaha menghindar darimu. Aku tak ingin bergaul bersamamu. Aku membencimu lebih dari siapapun yang ku kenal.

Tapi aku bukan orang yang sejahat itu. Aku berusaha menyembunyikan kebencianku. Mungkin kau sudah tahu kejanggalan dalam diriku. Mungkin kau sudah tau kalau aku membencimu. Karena aku tak pandai menyembunyikan perasaanku.

Hingga akhirnya kau memilih teman yang lain. Aku senang. Aku bahagia. Tapi aku juga sakit. Aku merasa mengapa aku tidak bisa sedekat itu denganmu ? Apakah semua ini salahku yang selalu menutup hati padamu ?

Tidak. Aku rasa bukan salahku. Ini salahmu. Mengapa kau bersikap seperti itu padaku ? Menurutku, kau selalu berusaha memanfaatkanku. Dan menurutku, teman bukanlah seseorang yang mau dimanfaatkan begitu saja. Ya… mungkin menurutmu itu adalah membantu seorang teman. Tapi itu bukanlah aku.

Kita tidak bisa memahami satu sama lain. Aku ingin ini, kau ingin itu. Aku harus ini, kamu menyarakanku itu. Kita tidak sepaham. Aku terperangkap denganmu di bangku ini. Aku tak ingin mengatakan sepatah kata pun kepadamu. Aku terlalu membencimu. Semakin hari, kau membuatku membencimu semakin dalam.



Kini… setengah tahun berlalu. Aku tak ingin terus seperti ini. Aku harus merubah sikapku. Aku tak ingin berbuat sesuatu yang bisa menyakitimu. Aku sadar kau bukanlah satu-satunya yang harus berubah. Aku juga harus merubah sikapku. Walaupun aku berusaha mendekati yang lain, lagi-lagi hanya kamu yang ada di sini, denganku. Aku tahu, kau mempunyai orang yang lebih, lebih dan lebih spesial dibandingkan aku.

Aku tahu, mungkin kau berusaha mendapatkan teman yang jauh lebih baik daripada aku. Tapi semuanya sudah mendapatkan pasangannya masing-masing. Kau mungkin juga merasa terperangkap denganku. Tapi, mau bagaimanapun juga. Kita harus bersama.

Aku ingat saat beliau berkata “Tak baik kalau sama teman sebangku tidak pernah berbicara.” Kita saling menatap. Dan aku tahu, bahwa kau mengharapkan bahwa kita seharusnya tidak seperti ini. Kita seharusnya bisa bersikap seperti seorang pasangan teman yang selayaknya.

Kini, aku mencoba untuk memahamimu. Perlahan kau mengajariku banyak hal. Sekali lagi, kau begitu baik padaku. Kau menerima semua keluhanku. Dalam hati kecil ini, aku merasa sangat bersalah kepadamu. Mengapa aku begitu melupakanmu ? Mengapa aku begitu membencimu ?

Aku yang selalu berusaha menjauh darimu, kau yang selalu berusaha memahamiku. Aku yang selalu menang, kau yang selalu diam dan diam-diam mengalah untukku. Mengapa kau seperti itu padaku ? Apakah aku ini seorang teman di matamu ? Apa kau sadar bahwa aku ini seorang monster yang ada di dalam hidupmu selama ini ? Kenapa kau begitu baik padaku ?

Entah mengapa, perlahan rasa benciku mulai pudar. Aku mulai terbiasa dengan alur pikirmu. Kau telah mengukir kenangan di buku harianku. Ya… walaupun terkadang kau membuatku merasa benci lagi kepadamu, tapi sekali lagi, kau mengajariku sesuatu.

Aku yakin, bayak yang mengagumimu jika mereka tahu dirimu yang sebenarnya. Kau mempunyai sisi lain yang mungkin hanya aku yang tahu.

Maafkan aku. Kata-kata itu sulit untuk keluar dari mulutku. Aku hanya bisa mengucapkan kata itu secara tidak langsung.

Jika aku mengingatmu, aku merasa aku harus menatapmu lebih lama. Aku ingin berjabat tangan denganmu lebih lama dari biasanya. Aku ingin duduk di sampingmu lebih lama dari biasanya. Aku ingin berbicara denganmu lebih lama dari biasanya.

Paling tidak, aku punya sebuah kenangan yang akan selalu ku kenang. Kamu yang sekali lagi memberiku banyak kenangan dan juga pelajaran di dalamnya. Kau yang perlahan menyelamatkanku dari dalam lubang yang kelam. Aku harus berterima kasih padamu.



Aku salah menyebutmu teman, seharusnya aku menyebutmu SAHABAT.



Terima Kasih.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Ash Habul Jannah Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template